Ketika Michael Ballack dipastikan absen dari Piala Dunia 2010 Afrika Selatan karena cedera pergelangan kaki, banyak orang khawatir, tanpa sang kapten, serdadu muda Jerman akan keteteran karena tak sanggup menanggung tekanan. Namun, tanpa Ballack, pelatih Joachim Loew mampu menjaga level kepercayaan diri pasukannya.
"Bastian Schweinsteiger di lapangan akan memainkan peran Ballack dan menginterpretasikan (Ballack) dengan caranya sendiri, sementara Philipp Lahm akan menjadi kapten," ujar Loew.
Sejauh ini, Loew telah membuktikan ucapannya. Lahm telah menjadi pilar kokoh dalam posisinya sebagai bek kanan dan Schweinsteiger merupakan sumber inspirasi timnya.
Meski berstatus gelandang serang, Schweinsteiger punya kemampuan bertahan yang mumpuni untuk diandalkan di level tinggi. "Tanpa melebih-lebihkan, ia adalah Xavi-nya Bayern Muenchen," kata Peter Staunton.
Selain itu, berbeda dari kebanyakan bintang, Schweinsteiger mampu menampilkan level performa yang sama, baik ketika bersama klub, maupun tim nasional. Penampilannya ketika melawan Argentina, merupakan contoh jelas betapa tingginya kualitas permainan, fisik, dan mental Schweinsteiger.
Ketika dalam posisi bertahan, Schweinster mampu mengawal Lionel Messi dengan baik. Ia menekel dengan keras, tetapi tak pernah mendapat keputusan yang cukup keras, kartu misalnya, dan dengan begitu mengamankan haknya sendiri untuk tampil di semifinal.
Dalam soal bentuk permainan yang dibangunnya, Schweinsteiger juga menunjukkan bahwa Loew tak salah memilih kata pujian untuknya, yaitu bahwa Schweinsteiger akan menginterpretasikan peran Ballack dengan caranya sendiri.
Secara krusial, Schweinsteiger mempertahankan gaya bermainnya ketimbang berusaha meniru Ballack. Bila Ballack cenderung menerima bola dan segera mencari kawan untuk diumpan, Schweinsteiger lebih suka menggiring bola dan memberikan lebih banyak pilihan, baik dalam menghindari bahaya, maupun membangun serangan Jerman.
Dalam hal ini, ia jauh lebih pantas disebut sebagai pemain jangkar terbaik Jerman ketimbang Ballack, karena ia mampu menggulirkan bola dengan cepat, memotong alur serangan lawan, dan membangun serangan balik dengan sangat baik.
Namun, seperti sering terjadi pada pemain Jerman, kualitas teknik bukanlah satu-satunya kelebihan Schweinsteiger yang membuatnya layak disebut sebagai mesin diesel baru Jerman, melainkan juga gairahnya, kepercayaan diri, totalitas, dan konsentrasi.
Semua kualitas itu ditunjukkannya ketika tampil dalam laga melawan Portugal di Piala Eropa 2008. Saat itu, mencetak gol pertama dan menciptakan asisst melalui tendangan bebas untuk gol kedua Jerman, yang menentukan kemenangan 3-2.
Dalam situasi yang sama, banyak orang yang selevel atau bahkan yang secara kualitas teknik di atas Schweinsteiger mungkin akan mengirim bola keluar lapangan, Schweinsteiger tidak.
Ketika Jerman melawan Argentina, di perempat final Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, Sabtu (3/7/2010), Schweinsteiger kembali menunjukkan kualitas, ketenangan, dan konsentrasi yang sama seperti pada laga melawan Portugal itu, yaitu ketika menciptakan assist untuk gol ketiga Jerman, yang dicetak Arne Friedrich pada menit ke-74.
Saat itu, sementara banyak orang akan berlari cepat menuju gawang dan melepaskan tembakan dari sudut sempit, Schweinsteiger memilih memancing kiper Argentina, Sergio Romero, untuk keluar sarang sebelum melepaskan umpan kepada Arne Friedrich, yang kemudian menjebol gawang Argentina.
Selain itu, sementara yang lain mungkin akan kehilangan konsentrasi ketika mengawal Messi, Schweinsteiger selalu mampu mengendalikan musuhnya itu dan bahkan masih mampu memimpin serangan timnya. Syaraf-syarafnya seperti selalu sedingin es.
Dunia sepak bola sendiri tak pernah membantah besarnya bakat Schweinsteiger. Belum lama ini, Chelsea diberitakan media-media Inggris mencoba membeli Schweinsteiger dengan harga 30 juta euro. Kemudian, Real Madrid juga disebut media-media Spanyol siap membayar 50 juta euro. Namun, setelah penampilan hari ini, ia mungkin akan segera menemukan dirinya berada di kisaran harga Cristiano Ronaldo.
Akan tetapi, menurut kabar paling panas yang datang dari ranah Spanyol, prioritas terkini yang diburu Mourinho adalah gelandang Bayern Muenchen, Bastian Schweinsteiger. Bahkan, dikabarkan, Madrid telah menyodorkan tawaran senilai 50 juta euro atau sekitar Rp 565 miliar (dengan kurs 1 euro = Rp 11.300) sebagai bandrol Schweini, julukan Schweinsteiger. Sampai sejauh ini, Die Roten belum bereaksi atau memberikan jawaban atas tawaran Madrid.
Meski begitu, tawaran formal sebesar apa pun tampaknya tak akan membuatnya meninggalkan Bayern Muenchen. Ketua Eksekutif Bayern, Karl-Heinz Rummenigge telah menyatakan bahwa semua pemain klubnya yang tampil di Piala Dunia tak ada akan dilempar ke bursa transfer. Itu jelas berlaku bagi Schweinsteiger yang merupakan inti Bayern.
Schweinsteiger masih berusia 25 tahun dan cuma kurang satu tahap lagi untuk bisa melampaui seniornya, Ballack, yaitu bermain di final Piala Dunia. Ketika Jerman masuk final Piala Dunia 2002, Ballack tak bisa tampil karena skorsing.
Terlepas dari apakah Schweinsteiger akan menggusur nama besar Ballack, penampilannya sejauh ini telah membuat banyak orang yang sempat meremehkan Jerman terpaksa menutup mulut rapat-rapat dan berbalik memujinya, meski dalam hati saja.
Sumber : Kompas
0 komentar:
Posting Komentar